You are currently viewing VIRUS CORONA DAN KEGALAUAN HATI SEORANG GURU 

VIRUS CORONA DAN KEGALAUAN HATI SEORANG GURU 

Seperti yg sudah kita tahu dan rasakan bersama, betapa dampak yang luar biasa selama beberapa hari ini karena adanya virus Corona.

Saya tidak terlalu banyak mengerti ttng virus Corona. Yang saya tahu hanya sebatas virus itu cepat sekali berpindah tempat dari individu satu ke yang lain dan yang lebih mengkhawatirkan bisa memisahkan jiwa dengan raga.

Dari virus Corona ini yang saya sangat rasakan adalah dampaknya  berhubungan langsung dengan profesi saya sebagai seorang guru. Untuk sementara kegiatan belajar mengajar dihentikan sampai waktu yang belum bisa ditentukan.

Ada rasa kangen menghampiri hati saat ku lihat ruang kelas sepi. Sepi dari suara riang anak-anak, sepi dari aktifitas belajar mengajar dan sepi hati ini dari siraman kasih sayang anak didik terkasih. Walau materi pelajaran bisa kami sampaikan lewat media sosial, pemahaman mereka bisa kita pastikan lewat media yang sama, tapi ada satu yang ternyata tidak bisa diwakili oleh medsos. Apakah itu? Kedekatan hati.

Di kelas, setiap hari kami berinteraksi. Banyak peristiwa yang membuat kami semakin hari semakin dekat. Bercerita, bercengkerama bahkan beradu pendapat pun bisa membuat kami semakin saling memahami satu sama lain. Disaat ada yg sedih, teman lain siap menghibur. Di waktu istirahat snack lupa membawa makanan,  ada yang senang hati berbagi,  bahkan di saat ada yg berkelahi ada yg sudah bersedia menjadi hakim untuk memutuskan siapa yg salah atau benar.

Sungguh itu suatu yang tidak terdapat di tempat manapun kecuali sekolah.

Tempat yang paling menyenangkan, tempat yang dapat mengajarkan disiplin, dan tempat dimana kita bisa punya teman banyak. Pokoknya sekolah itu adalah surga yang ada di dunia. Itu pendapat anak-anak di kelas saya. Disaat Corona merebak,  semua yang selama ini terjalin manis terhenti seketika dan belum tahu kapan berakhir nya.

Saya sebagai guru, hanya bisa memohon dan berdoa, agar keadaan seperti ini segera berakhir. Seperti lagu chrisye ” Badai Pasti Berlalu “.

(Syarifah Hanum (Ibu Dede), Koordinator Inklusi/wali kls 3 SD SIS)

Leave a Reply