Didik anak sesuai zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu.
Mendidik dan membesarkan anak adalah amanah Allah Swt yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di zaman dahulu.
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu”. Demikian kata Ali bin Abi Thalib.Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan.
Sebuah pembelajaran bagi kita kalau segala sesuatu yang ada di dunia ini serba berubah, sesuatu yang hari ini adalah hal yang istimewa bagi kita di waktu 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja, sesuatu yang hari ini mustahil bisa jadi suatu saat nanti 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali.
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya” ketika zaman berubah tentu tantangannya pun berubah, baik itu tantangan bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan lainnya.
Perubahan zaman ini pun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak. Persiapkan anak kita untuk siap menghadapi zamannya bukan zaman kita.
Ali bin Abi Thalib Ra. Mengelompokan menjadi 3 cara dalam memperlakukan anak:
1. Didik anak sesuai zamannya (Usia 0-7 tahun) perlakukan anak-anakmu sebagai raja.
Melayani anak di bawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilakunya.
2. Anak sebagai tawanan (usia 8-14 tahun)
Kedudukan seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat. Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang.
3. Anak sebagai sahabat ( usia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberikan contoh atau teladan yang baik seperti:
- Berbicara dari hati ke hati
- Memberi ruang lebih setelah memasuki usia akil baligh agar anak tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita.
- Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat, waktu usia 15-21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.
Demikian lah proses belajar bersama yang harus kita lakukan, semoga kita para orang tua, guru, dan orang dewasa dapat memberikan perlakuan yang tepat pada anak-anak kita, siapapun mereka, dari manapun mereka berasal, dan dimanapun mereka berada, karena anak-anak adalah tanggung jawab kita semua.
Oleh : Eliawati, S.Pd.I (Guru SD Silaturahim Islamic School)
Kunjungi juga: insanmandiri.sch.id