Keikhlasan Seorang Guru, merupakan puncak dari ubudiyah seorang hamba kepada Allah Swt. Sebab ikhlas akan melahirkan berbagai nilai nilai dari akhlaqul karimah (akhlaq yang terpuji) seperti sabar dan tanggung jawab.
Ikhlas tidak begitu saja hadir dalam kehidupan seseorang, namun ia tumbuh sejalan dengan tumbuhnya sifat sabar dan tanggung jawab pada diri seseorang. Ada cerita menarik yang al faqir dapatkan dari seorang guru yang bernama Kh Ahmad Rusydi Fathullah MA (Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kemenag) saat beliau menempuh pelajaran di Damaskus.
“Ikhlas itu sangat terlihat pada sosok ulama besar ini: keikhlasan seorang guru bisa kita ambil dari hikmah yang disampaikan Syaikh Fawwaz al Namr. Saat mengkaji kitab Jawharah al Tauhid, Syaikh Fawwaz al-Namr dalam kondisi sakit yang mengakibatkan beliau tidak bisa berbicara kecuali hanya berbisik. Dengan kondisi beliau yang tidak bisa berbicara akhirnya beliau menulis pesan di papan tulis, bila ada yang tidak faham ibarah kitab silahkan maju dan nanti akan dijelaskan beliau dengan berbisik ke telinga kita.” Ucap Kh Ahmad Rusydi Fathullah.
Kemudian beliau melanjutkan bercerita: “Kebetulan saat itu ada ibarah yang tidak saya fahami, akhirnya saya maju dan beliau menjelaskan dengan detil maksud kandungan dari ibarah kitab Jauharah al-Tauhid yang saya tanyakan. Keikhlasan seorang guru tampak saat posisi lisan beliau hampir menempel dengan telinga saya. Betapa tulus beliau saat menjelaskan kepada saya meski dengan suara yang sulit untuk dikeluarkan.”
Singkat cerita, Kh Ahmad Rusyid Fathullah berjumpa dengan sosok gurunya (Syaikh Fawwaz al Namr) setelah 20 tahun tidak berjumpa saat Syaikh Fawwaz al Namr berkunjung ke Indonesia. Namun Beliau tidak lupa dengan Kh Ahmad Rusydi Fathullah, dan kejadian ini tentunya membuat KH Ahmad Rusydi Fathullah terharu.
Di akhir cerita Kh Ahmad Rusydi Fathullah berkata: “Sebenarnya bisa saja Syaikh Syaikh Fawwaz al-Namr meminta tolong kepada sahabat atau murid mereka yang juga asatiz untuk menggantikan posisi beliau. Tapi hal tersebut tidak beliau lakukan. Karena ada rasa tanggung jawab yang berdimensi keakhiratan dan tentunya sifat sabar yang meliputi.”
Dari sini, saya belajar mengenai keikhlasan seorang guru diantaranya sebagai berikut :
1. Keikhlasan Guru Dalam Mendidik
Betapa guru tidak ingin meninggalkan muridnya hanya karena alasan sakit. Selagi mereka masih bisa menjelaskan dan memberikan pelajaran, maka akan mereka lakukan meski keadaan mereka sedang sakit.
2. Keikhlasan Seorang Guru Dalam Bersabar
Rasa sabar dan tanggung jawab yang guru emban selama mendidik. Di sisi lain mereka sangat memahami kedudukan amanah seperti hadis berikut: “Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Wallahu ‘alam
Oleh : Ahmad Zaki, S.Th.I (Guru SD Silaturahim Islamic School)
SMPIT/SMAIT Insan Mandiri Cibubur